Friday, November 1, 2013


Mencari Hobi Olahraga, dari Karate sampai Snorkeling
Cerita perjalanan olahraga dari masa kanak-kanak sampai saat ini

Berbicara mengenai hobi khususnya olahraga, memang agak sedikit rumit. Maklumlah dari kecil sampai sekarang yang namanya olahraga jenisnya bisa bermacam-macam yang diminati dan celakanya, tidak ada satupun yang konsisten dan kontinyu dilakukan. Berikut ini saya akan mencoba menceritakan pengalaman olah raga dari mulai kanak-kanak sampai saat ini, dari mulai karate, sepak bola sampai snorkeling.
Cerita ini dimulai dari sekitar SD kelas 4, waktu itu saya dan adik saya mengikuti latihan karate, sesuai dengan arahan Bapak, untuk latihan rutin, bersama tim kantornya. Lumayan seru juga karate ini, latihan malam hari tiap minggu, dilakukan di gedung tua, eks kantor salah satu bank ternama di kota udang. Karate ini hanya bertahan 1-2 tahun, dan baru sekali ikut ujian karate, sehingga baru berhak atas sabuk kuning. Penyebab berhentinya, karena latihan yang selalu malam hari, kadang merepotkan Bapak untuk antar jemputnya, belum lagi waktu tersebut merupakan waktu belajar kita sehari-hari.
Bersamaan dengan karate, sebenarnya sudah mulai senang dengan sepak bola, bahkan ketika berumur 5 tahun, setelah final piala dunia yang dimenangkan oleh Argentina, besoknya saya dan adik saya, langsung dibelikan oleh Bapak, kaos timnas Argentina. Akhirnya puncak hobi sepakbola ini ketika saya memasuki awal SMP. Sebuah tim sepakbola kelas kampung, didirikan, dengan saya sebagai penggagas, pendiri, ketua dan sekaligus kapten tim. Nama tim kami adalah Tiger Jaya, yang terdiri dari anak-anak sekitar kampung yang mempunyai usia hampir sepantaran, terdiri dari 15 orang, termasuk adik saya. Ketika kaos tim pertama kali kami gunakan, maka menjadi momen yang benar-benar luar biasa, kesebelasan Tiger Jaya ini dalam euforia kebahagiaan. Kami melakukan arak-arakan keliling kampung dengan kaos baru kebanggaan kami. Terlihat pada waktu itu hampir seluruh warga menyambut gembira kehadiran tim Tiger Jaya. Maklumlah kaos yang kami pesan ini, hasil jerih payah tim untuk menabung uang jajan sekolah kami selama beberapa bulan, bahkan sebagian dari kami, mencari uang tambahan dengan menjadi barongan pada malam ramadhan.      
Singkat kata, tim kami selalu berlatih rata-rata sekitar 2-3 kali seminggu. Lapangan yang kami gunakan adalah lapangan di kompleks Pertamina, meski kadang kami kucing-kucingan dengan satpam. Maklumlah, lapangan itu khusus bagi para karyawan dan keluarga Pertamina, kami yang hanya warga kampung, tidak bisa menikmati lapangan tersebut, meski lapangan tersebut jarang digunakan. Jadi tim kami menggunakan lapangan tersebut hanya memanfaatkan kelengahan satpam saja. Alternatif lapangan yang kami gunakan biasanya di pekarangan atau halaman rumah orang bahkan di jalan, di sekitar kampung kami. Meski ini tentunya sering kali yang punya pekarangan atau orang yang lewat, keberatan dan sering menegur kami. Secara prestasi, memang tidak ada yang bisa kami banggakan, maklum tim Tiger Jaya, tidak pernah mengikuti kompetisi atau kejuaraan resmi. Kompetisi yang ada, biasanya ayam cup atau kambing cup, biasanya untuk level umur diatas kami pada waktu itu. Pertandingan yang sering kami lakukan biasanya hanya semacam persahabatan dengan tim lain. Dalam tim ini, posisi saya adalah midfielder, alias pemain tengah sekaligus second line bagi para striker. Ibaratnya kalau sekarang seperti Frank Lampard atau Stevan Gerrard, atau Evan Dimas (Timnas U-19) hehehe, yang selalu menjadi play maker bagi timnya. Saat itu saya adalah kapten tim, yang selalu memotivasi teman-teman lainnya baik dalam latihan maupun pertandingan. Waktu itu dalam benak saya, cita-cita yang diidam-idamkan adalah pelatih sepak bola untuk anak-anak.
Pada saat yang sama, bulutangkis dan tenis meja, mulai dipelajari dan bahkan pernah menjadi juara pertama ganda putera dan beregu untuk tingkat RT, di kedua cabang olahraga tersebut. Hanya memang kedua olahraga tersebut, sipatnya musiman, sewaktu-waktu ada agustusan, baru pada latihan. Khusus untuk tenis meja, telah saya ceritakan tersendiri dalam tulisan yang lain dari sudut pandang yang berbeda, karena menjadi salah satu kenangan terbaik dalam hidup ini.
Namun sayang, hanya sekitar 2-3 tahun, bulu tangkis dan tenis meja, termasuk tim kesebelasan Tiger Jaya harus berakhir. Keluarga saya memutuskan untuk pindah rumah ke suatu tempat baru, yang masih dalam satu kota. Dengan begitu, maka bubarlah tim kesayangan kami. Di tempat yang baru, di suatu kompleks perumahan, suasana baru dan adaptasi yang baru, membuat saya jadi kurang pergaulan. Lingkungan baru yang agak berbeda dengan suasana di kampung membuat saya lebih asyik bermain sendiri dan lebih disibukan dengan pelajaran sekolah. Hobi baru mulai muncul, saat Bapak, membelikanku sebuah sepeda balap yang sangat bagus waktu itu. Sepeda ini sebelumnya adalah milik seorang satpam, yang karena membutuhkan uang, akhirnya dijual ke Bapakku. Sepeda ini menjadi kendaraan sehari-hari ke sekolah yang waktu itu saya mulai masuk ke bangku SLA. Di waktu sore atau waktu libur, seringkali saya gunakan untuk mengayuh sepeda ini, kadang sampai keluar kota. Idola saya waktu itu adalah pembalap Jawa Barat, kakak adik Roni dan Robi Yahya. Cukup lama hobi ini saya jalankan sampai akhir masa SLA.
Pada saat yang hampir bersamaan, saya mulai menekuni olahraga renang, yang hampir tiap minggu dilakukan di kolam renang yang sekarang sudah berubah menjadi mall. Belajar renang dilakukan secara otodidak, dan kadang mencuri ilmu dari anggota tim renang yang sedang berlatih, termasuk Cathrine Surya, perenang nasional yang sempat bersinar walau akhirnya tenggelam karena kasus doping. Jadi selama SLA, olahraga yang mendominasi adalah renang dan balap sepeda. Prestasi renang cukup lumayan, terpilih menjadi anggota tim renang SLA yang berlomba untuk wilayah karesidenan, lomba renang antar SLA beberapa kota/kabupaten sekitar. Latihan serius, terus dilakukan untuk persiapan lomba renang tersebut. Turun di dua nomor sekaligus, yaitu 100 m gaya punggung dan estafet gaya bebas 200 m. Meski tidak sempat meraih medali, namun secara keseluruhan, sekolah kami meraih juara umum kedua, berkat prestasi renang puterinya. Ketika upacara bendera berlangsung di sekolah, sempat diumumkan nama-nama tim renang, dan maju ke depan lapangan upacara. Muncul rasa bangga atas sambutan meriah dari para guru dan siswa-siswa sekolah pada upacara bendera ini. Satu lagi olahraga yang saya ikuti sewaktu SLA, yaitu pencak silat sebagai kegiatan ekstrakurikuler, yang saya ikuti dari kelas 1 sampe kelas 2. Dua kali ikut ujian dan dua kali pula berganti sabuk. Sekali waktu pernah kami tampil menunjukkan kebolehan bela diri ini di depan para siswa baru. Namun olah raga ini lama-lama ditinggalkan karena jenuh dan kurang inovatif dalam setiap latihannya.
Lepas SLA, mulai masuk di salah satu PTN di Jawa Tengah, salah satu yang bisa dicatat disini berkaitan dengan olahraga, adalah naik gunung! Gunung Ungaran dengan ketinggian diatas 2000 m, menjadi gunung pertama yang didaki bersama temen-temen mahasiswa. Di puncak gunung itu, terlihat dengan jelas puncak gunung Merbabu dan Merapi pada arah selatan. Karena sesuatu hal, pindah kuliah ke PTN lain yang paling bergengsi di negeri ini, menjadi cita-cita, meski harus menunggu setahun, dan akhirnya dimulailah kuliah di kampus tempat kuliahnya presiden RI pertama. Awal semester, setiap mahasiswa wajib mengikuti mata kuliah olah raga umum, yang sebagian besar materinya adalah atletik, dan tes awal mata kuliah ini adalah dengan berlari sejauh 2,4 km atau 6 kali keliling stadion olahraga. Standar yang digunakan adalah standar uji fisik TNI, dimana untuk menempuh jarak 2,4 km harus ditempuh maksimal dalam 12 menit. Cukup tegang juga waktu itu, maklumlah tanpa persiapan dan latihan, saya menempuh jarak tersebut dalam 17 menit dan artinya berat bagi saya untuk mendapat nilai kuliah terbaik. Tapi, hasil ini tidak membuat saya putus asa, hampir seminggu 3 kali, saya selalu berlatih di lapangan Gasibu, sambil mengontrol waktu tempuh yang menjadi target saya. Hasilnya dalam tes lari di pertengahan semester, saya dapat menempuh waktu 15 menit, lumayan meski kurang baik, setidaknya ada peningkatan. Latihan terus saya intensifkan, dan akhirnya pada tes akhir lari sejauh 2,4 km, saya dapat menembus waktu 12 menit, dan ketika pengumuman, nilai mata kuliah saya ini mencapai yang terbaik, yaitu nilai A. Untuk semester 2, mata kuliah olahraga yang diikuti adalah pilihan, dan tentu saja saya memilih renang, yang merupakan olahraga favorit di waktu SLA. Dengan tanpa kesulitan nilai A pun dapat saya raih di akhir semester 2 ini. Sewaktu kuliah di Bandung ini, sayapun mengikuti pencinta alam di himpunan jurusan dan sempat mengikuti masa pengembaraan Wanadri meski tidak selesai. Beberapa gunung seperti Papandayan, Manglayang, Guntur dan Tangkuban Perahu (lewat lajur pendakian cihideung), didaki bersama teman-teman himpunan dan Wanadri.
Saat ini, olah raga yang sedang ditekuni adalah sepeda. Bukan cuman ngikuti trend saat ini, namun lebih karena kebutuhan akan kesehatan dan praktis. Tiap pagi sebelum ke kantor, itupun kalo lagi niat sih, minimal 30-60 menit mengayuh sepeda di sekitar Cibinong. Lumayan terasa enak di badan, cuman kadang polusi udara sudah lumayan membuat udara jadi tidak fresh, sebagai pilihannya tentu masuk ke jalan kampung-kampung. Namun, musim hujan yang akhir-akhir ini melanda khususnya kota kami, akhirnya sudah lama juga, sepeda jadi nganggur.
Ada satu lagi yang nampaknya akan menjadi hobi baru, yaitu snorkeling. Ya, Snorkeling (selam permukaan) atau selam dangkal (skin diving) adalah kegiatan berenang atau menyelam dengan mengenakan peralatan berupa masker selam dan snorkel. Selain itu, penyelam sering mengenakan alat bantu gerak berupa kaki katak (sirip selam) untuk menambah daya dorong pada kaki. Olahraga ini banyak menarik minta pecinta laut bukan hanya sekedar menikmati indahnya pemandangan bawah laut yang amat menakjubkan, melainkan juga untuk tujuan mulia yaitu menjaga dan melestarikan kekayaan biota laut. Kini bukan hanya para pecinta laut saja yang dapat dengan mudah bersnorkeling ria di berbagai laut yang mempesona, namun para pemulapun telah banyak melakukan olahraga ini untuk sekedar mencoba bagaimana bersnorkeling untuk men-tafakuri alam dan menyadari kebesaran dan keagungan Sang Khaliq. 



Kegiatan ini pertama kali saya lakukan ketika ada kegiatan diklat penginderaan jauh untuk kelautan, yang salah satu materinya adalah praktek lapangan ke Karimunjawa. Awalnya agak susah mengatur nafas yang biasanya lewat hidung, menjadi lewat mulut. Tetapi lama kelamaan jadi asyik juga, ketika nafas sudah mulai teratur melalui mulut, dan sambil menyaksikan pemandangan di bawahnya berupa pasir laut dan sedikit lamun. Namun sayang berhubung waktunya yang terbatas, belum sempat disaksikan karang laut dan obyek lainnya. Dalam hati berjanji, kalau ada kesempatan ke pulau-pulau yang indah pemandangan bawah airnya, tidak akan luput dari aktivitas snorkeling. Kalau selama ini survei hidrografi yang sering dilakukan, tidak pernah terfikir untuk nyelam, bahkan ketika 7 tahun di kontraktor migas baik yang sekitar pantai maupun lepas pantai, walaupun kesempatan itu ada.

Karimunjawa, 24 Maret 2013       

No comments: