Bagaimana agar produk peta LPI terus
bertahan?
Fajar Triady
Mugiarto
Staf Pusat
PKLP, BIG
Dalam suatu kesempatan mengikuti workshop pengusaha
muslim di warung Kondang, Bogor, pengisi workshop ustadz Safin alias Samsul
Arifin (salah satu pengusaha dan motivator muda terbaik di negeri ini),
membawakan tema bagaimana agar bisnis bisa bertahan dan berkelanjutan. Ustadz
Safin, menerangkan metode agar bisnis tetap bertahan, yaitu metode Berlian.
Singkatnya berlian mempunyai empat sisi, dimana masing-masing sisinya terdiri
atas Value, Market Ideal, Passion dan Purpose of Life.
Baik akan coba saya jelaskan secara singkat penjelasan dari keempat elemen yang akan membuat bisnis kita bertahan ini. Yang pertama adalah Value, yang artinya nilai atau manfaat. Artinya bahwa bisnis kita harus mampu membantu client/user/pihak lain untuk menyelesaikan masalahnya atau untuk mendapatkan solusinya. Disamping itu, value juga berarti jasa atau produk kita membantu mencapai dream bagi para pengguna. Dan yang ketiga dari value ini adalah produk atau jasa kita harus unik, mempunyai ‘sesuatu’ yang berbeda dengan produk sejenis.
Yang kedua, dari prinsip Berlian adalah Market
Ideal, yaitu orang-orang membutuhkan produk atau jasa yang kita
hasilkan dan siap ‘membayar’ sesuai dengan syarat dan ketentuan yang kita
tetapkan. Dalam bisnis, prinsip fit to all itu tidak ada, yang artinya
memenuhi harapan semua pihak itu tidak mungkin, jadi harus ditentukan siapa
target market ideal kita. Teknik mencari market ideal, yaitu dengan mencari
informasi demografi atau data kependudukan, SES (Sosial Ekonomi Status), Psycography
(gaya hidup/kecenderungan).
Yang ketiga dari prinsip berlian adalah Passion,
yaitu semangat atau gairah, dalam menjalankan bisnis atau pekerjaan kita.
Jadikan pekerjaan kita itu fit to me “gue banget” agar terjaga “suistanability”
(keberlanjutan).
Yang terakhir dari prinsip berlian adalah Purpose
of Life atau tujuan hidup, yang sangat tergantung dari niat/intention.
Kebanyakan orang berbisnis karena kepepet, sehingga grasak grusuk, bonek,
dan hati-hati dengan positive thinking (bila digunakan dalam situasi
yang tidak tepat). Mempunyai niat untuk berkontribusi kepada umat (menolong
agama Alloh SWT), merupakan salah satu alasan orang dalam menjalani hidupnya.
Kira-kira singkatnya adalah seperti itu, mohon maaf
bila banyak sebenarnya yang didapat dari acara workshop pengusaha muslim, namun
karena keterbatasan penulis dalam merangkum apa yang sudah ustadz Samsul Arifin
sampaikan. Sepanjang jalan pulang dari acara tersebut, saya berandai-andai,
apakah bisa prinsip Berlian itu diterapkan dalam pekerjaan instansi pemerintah,
khususnya di lingkungan Badan Informasi Geospasial, dimana penulis bekerja.
Maklumlah sampai saat ini, penulis masih ‘blusukan’ di instansi pemerintah,
meski ada sih sedikit usaha sampingan yang insya Allah tidak mengambil waktu
saya dalam bekerja sebagai PNS. Oke deh, kembali ke ide semula, apakah bisa ini
digunakan di lingkup pekerjaan instansi pemerintah? Baik saya akan coba
membahas bagaimana prinsip Berlian ini diterapkan di lingkungan BIG, khususnya
di unit kerja saya sendiri, di Pusat Pemetaan Kelautan dan Lingkungan Pantai.
Seperti kita ketahui, bahwa salah satu produk Pusat
PKLP adalah peta Lingkungan Pantai Indonesia, khususnya skala 1:50.000. Produk
itu diperkuat dengan landasan UU No.4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial,
pasal 7 yang menyatakan peta LPI sebagai salah satu peta dasar. Dengan
menggunakan prinsip Berlian, saya akan mencoba mengupas produk peta LPI. Anggap
saja peta LPI adalah produk ‘dagangan’ BIG, bagaimana agar bisnis produk peta
LPI ini tetap bertahan dan berkelanjutan.
Kita mulai dengan sisi Berlian yang pertama yaitu Value.
Apa sih sebenarnya value atau nilai atau manfaat dari peta LPI? Menurut
UU No.4 tentang IG, pasal 1, bahwa definisi peta LPI adalah peta dasar yang
memberikan informasi secara khusus untuk wilayah pesisir. Sesuai dengan UU
No.27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil,
bahwa definisi wilayah pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat
dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut. Jadi peta LPI ini
adalah peta gabungan informasi daratan dan laut dalam satu nomor lembar peta
dengan sistem proyeksi peta dan sistem koordinat yang sama. Adapun unsur-unsur
peta LPI yang disajikan adalah unsur garis pantai, hipsografi (kontur kedalaman
laut), dan informasi perairan lainnya, termasuk informasi daratnya yang
biasanya diambil dari peta Rupabumi Indonesia. Data atau informasi yang ada
pada peta LPI dapat digunakan sebagai peta dasar dalam berbagai aktivitas
pembangunan khususnya daerah yang mempunyai wilayah pesisir, mulai dari
perencanaan, pengelolaan dan pengawasan. Dari sini, maka peran peta LPI menjadi
sangat penting, seperti dalam penentuan batas wilayah laut baik bagi kabupaten,
provinsi maupun batas negara. Batas wilayah ini akan juga menunjang dalam
penentuan tata ruang atau zonasi pesisir bagi perencanaan pembangunan daerah.
Aspek rekayasa lain juga memerlukan peta LPI sebagai peta dasar dalam pemilihan
alternatif lokasi pelabuhan, rencana alur kapal, maupun rekayasa lain dalam
bidang tambang dan migas. Aspek kebencanaan alam yang sudah menjadi isu
nasionalpun, seperti tsunami, banjir, rob, abrasi, sedimentasi, pencemaran
laut, kenaikan muka air laut, memerlukan peta dasar seperti peta LPI,
yang dapat membantu memberikan solusi dalam mitigasi dan penanganan pasca
bencana.
Peta LPI dengan data gabungan data darat dan data laut
dalam satu sistem koordinat dan sistem proyeksi peta yang sama, menjadikan peta
LPI adalah peta yang unik. Selama ini peta Rupabumi Indonesia hanya terdiri
dari unsur darat saja, begitu juga dengan peta laut (Dishidros TNI AL) yang
hanya memiliki informasi laut saja.
Sisi kedua dari Berlian, yaitu Market Ideal,
yaitu dengan semua provinsi di negeri ini memiliki pesisir, dan sekitar 60%
kabupaten/kota yang memiliki pesisir, maka sesungguhnya market ideal
peta LPI sangat terbuka lebar. Apalagi sebagian besar penduduk Indonesia
tinggal dan beraktivitas di wilayah pesisir, dan sebagian besar wilayah kita
ini rawan dengan bencana alam. Dari sini akan terlihat bahwa market ideal peta
LPI, mulai dari instansi pemerintah yang berkepentingan seperti KKP, BMKG, KLH,
BNPB, Kementerian Kesra, Kementerian PU, Perhubungan Laut, Kementerian ESDM,
Kemendagri, Bappenas, dan instansi Pemerintah Daerah (Bappedda). Instansi
swasta yang bergerak dalam bidang rekayasa zona pesisir juga merupakan salah
satu market ideal peta LPI, terutama yang bergerak dalam bidang reklamasi
pantai, pembangunan infrastuktur pesisir, dan sektor lainnya. Peta LPI juga
dapat digunakan dalam aktivitas penelitian baik oleh lembaga penelitian seperti
LIPI, BPPT, Kementerian Ristek, maupun lembaga-lembaga akademis lainnya.
Yang ketiga dari prinsip Berlian adalah Passion,
yaitu semangat atau gairah, dalam menjalankan bisnis atau pekerjaan kita. Hal
ini tentunya menyangkut internal kita sebagai pegawai di BIG, atau khususnya di
Pusat PKLP yang menjadi ‘dapur’ pembuatan peta LPI. Tentunya setiap pegawai
harus memahami ‘bisnis proses’ yang ada, memahami bahwa memberikan pelayanan
dan kontribusi terbaik dalam setiap aktivitas kegiatannya. Hadir di kantor
tidak sekedar memenuhi absensi semata, dan hanya menunggu perintah atasan.
Harus lebih dari itu, mempunyai visi untuk menjadikan produk peta LPI menjadi
yang berkualitas, aktif dalam memberi sumbang saran bagi kemajuan di Pusat
PKLP, dan ikut memonitor setiap aktivitas setiap kegiatan di kantor. Bahwa peta
LPI itu adalah produk kita bersama. Apalagi saat ini BIG sedang dalam fase
menuju Reformasi Birokrasi, dimana salah satu aspek penting dalam bekerja
adalah berbasis kinerja. Jadikanlah pekerjaan kita dalam memproduksi peta LPI
itu fit to me atau “gue banget” agar terjaga “suistanability”
(keberlanjutan).
Yang terakhir dari prinsip Berlian adalah Purpose
of Life atau tujuan hidup, yang sangat tergantung dari niat/intention.
Masalah niat memang harus selalu diluruskan. Ibarat heading kapal ketika
menuju suatu tempat tertentu, harus selalu dicek dan dikoreksi headingnya,
karena bisa jadi headingnya sedikit berubah akibat faktor eksternal,
seperti angin, arus laut, ombak dan lainnya. Begitu juga pegawai pemerintah,
setiap saat perlu kita renungi dan koreksi niat kita bekerja ini. Bagi kaum
muslimin, bekerja harus diniati untuk beribadah, yang semata-mata mencari ridho
Alloh SWT. Jadi setiap yang kita perbuat tentunya berlandaskan rambu-rambu yang
telah dibuat Sang Pencipta alam semesta ini, dan setiap perbuatan kita kelak
akan diminta pertanggungjawaban.
Cibinong, 29 Januari 2013
No comments:
Post a Comment