Tuesday, January 30, 2007

Laporan Survei KR Baruna Jaya VIII

Fajar Triady Mugiarto, ST
Staf Bidang Pemetaan Dasar Kelautan, Pusat PDKK
BAKOSURTANAL

Sesuai dengan UNCLOS 1982, bahwa setiap negara pantai berhak untuk mengklaim batas wilayah lautnya melebihi 200 mil laut, dengan berdasarkan data landas kontinen yang berbatasan dengan negara tetangganya.
Untuk itu, melalui DIPA PDKK tahun 2006, maka pada tanggal 3-21 Oktober 2006, telah dilakukan survei landas kontinen di daerah selatan Nusa Tenggara, yang berbatasan dengan Australia, bekerjasama dengan Pusat Penelitian Oseoanografi (P2O) LIPI, berkaitan dengan penggunaan Kapal Riset Baruna Jaya VIII.
Misi kedua adalah survei batimetri di daerah selatan Bali, yang merupakan bagian dari pekerjaan Kementerian Riset dan Teknologi, dalam rangka migitasi daerah bencana alam dan Tsunami Early Warning System (TEWS).
Selain dari Pusat PDKK dan PBW BAKOSURTANAL, kegiatan ini juga diikuti para peneliti dari BRKP-DKP, Geoteknik LIPI, PPGL, Elnusa Geosains dan beberapa mahasiswa tingkat akhir UGM.
Kapal Baruna Jaya VIII diberangkatkan dari Muara Baru, Jakarta Utara, pada tanggal 3 Oktober 2006, diawali dengan pelepasan tim Kepala Deputi Pemetaan Dasar, BAKOSURTANAL, Bapak Ir. Chaerul Hafidin, M.Surv.Sc dan Kepala Pusat PDKK, Bapak Ir. Agus Santoso, M.Sc.

Kapal riset Baruna Jaya VIII, yang dikelola oleh LIPI, merupakan kapal riset modern yang dibuat di Norwegia tahun 1998, dilengkapi dengan peralatan survei mutakhir, baik peralatan survei hidrografi, oseanografi, geofisika maupun keperluan riset lainnya yang berkaitan dengan data-data kelautan.

Survei Landas Kontinen Indonesia
Tujuan survei ini adalah memperoleh data batimetri di sekitar foot of slope, yang merupakan titik pangkal penarikan titik batas 60 mil laut. Foot of slope adalah suatu pertemuan antara kaki lempeng benua dalam hal ini adalah lempeng benua Asia dan Australia. Foot of slope ditandai dengan suatu daerah terjal yang ekstrim.Data-data foot of slope di selatan Nusa Tenggara, merupakan data teknis yang akan mendukung data tim Landas Kontinen Indonesia dalam rangka submisi ke CLCS (Commisions on the Limits of Continental Shelf), Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Metode survei batimetri yang dilakukan menggunakan echosounder singlebeam SIMRAD EA500. Alat ini menggunakan frekuensi 12 KHz, yang mampu menembus kedalaman sampai dengan 11.000 meter dibawah permukaan laut. Alat navigasi kapal menggunakan DGPS Trimble DSM 132, dikombinasikan dengan OmniSTAR, untuk pengkoreksian data differensialnya, diperoleh ketelitian kurang dari 1 meter. Untuk memperoleh data kecepatan suara di bawah permukaan air laut, digunakanlah alat CTD (Current Turbidity Depth) yang diturunkan sedalam 4.000 meter. Data profil kecepatan suara sangat diperlukan untuk koreksi data kedalaman air laut.

Survei Batimetri di Selatan Pulau Bali
Data batimetri di selatan Pulau Bali, sangat diperlukan untuk mendukung data migitasi bencana alam dalam hal ini adalah Tsunami Early Warning System. Metode batimetri yang digunakan adalah echosounder multibeam, sehingga didapat kerapatan data yang lebih tinggi akurasinya, disamping juga dapat memperpendek waktu pelaksanaan surveinya dibandingkan bila menggunakan echosounder singlebeam. Echosounder Multibeam yang digunakan adalah Simrad EM1002 yang mempunyai beam 111 dengan maksimal coveragenya 150 derajat. Dengan giro kompas Standard Compact 20 Anschuzt dan motion sensor TSS DMS-5, maka data batimetri yang didapat tidak diragukan lagi keakuratannya, sesuai standar dari IHO (International Hydrographic Organization).
Survei di selatan Bali dimulai dari tanggal 14 Oktober 2006, dengan kecepatan kapal rata-rata 8 knot. Alun laut yang cukup besar sekitar 2 meter, tidak membuat para anggota tim survei berkurang aktifitasnya. Survei di selatan Bali selesai pada tanggal 18 Oktober 2006, dan kapal langsung mengambil haluan ke Jakarta melalui selat Bali.
Meskipun survei dilakukan pada bulan ramadhan, namun tidak mengurangi antusiasme tim dalam bekerja. Kerjasama antara tim survei sangat menunjang dalam keberhasilan pekerjaan ini. Goyangan kapal yang kadang membuat pusing dan mual para anggota tim, tidak mengurangi semangat untuk berpuasa, shalat wajib berjamaah dan tarawih.

Akhirnya kapal tiba kembali di Muara Baru, pada hari Sabtu, tanggal 21 Oktober 2006, pukul 15:00 WIB dan sebagian besar langsung menuju terminal atau stasiun KA untuk mudik ke kampung halamannya masing-masing.

(KR.Baruna Jaya VIII, 21102006)

No comments: